Gua Kalibbong Alloa

Gua Kalibbong Alloa Gua Kalibbong Alloa - photo: Bary Kusama
Pesona Keindahan Perut Bumi Pangkep
  • Bagikan

Word: Ayu Arman

Tak hanya menjadi rumah bagi gua-gua prasejarah dunia saja, Pangkep juga memiliki gua yang menawarkan keindahan perut bumi.

Gua itu bernama Kalibong Alloa. Terletak di Desa Belae, Kecamatan Minasa Te’ne, Kalibong Alloa menawarkan wisata susur gua yang membawa Anda untuk melihat perut bumi Pangkep yang menakjubkan.

Gua ini berada di tebing curam pegunungan karst yang masuk dalam kawasan lindung Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.

Dalam bahasa setempat, Kalibong berarti lubang dan Alo adalah penamaan untuk burung Julang Sulawesi.

Gua ini terletak di tengah perbukitan karst sehingga untuk sampai ke mulut goa kita harus berjalan lebih kurang 1 jam melewati medan yang menanjak.

Namun, lelahnya pendakian itu terbayar oleh pemandangan menara-menara karst yang menakjubkan sesaat sebelum memasuki mulut goa. Terlebih lagi saat berada dalam gua, Anda akan merasakan sensasi keindahan perut bumi.

Gua Kalibbong Alloa - photo: Bary Kusama
Gua Kalibbong Alloa – photo: Bary Kusama

Saat turun ke dasar gua, kami sudah melihat dinding yang penuh stalagmit yang dibangun setetes demi setetes oleh air. Gua ini memiliki panjang 500 meter dan lebar 20 meter. Berada di dalam gua ini kita seakan berada dalam ruang berpendingin. Udaranya sejuk.

Formasi batuannya menjulang dari langit-langgit hingga ke dasar goa. Gua ini memiliki beberapa ornamen yang lengkap, antara lain doline, stalaktit, tiang, tirai kristal, teras travertine, gourdam, cave pearl, helektit, sungai karst berair bening dengan arus pelan.

Semakin ke dalam, ornamen goa ini tampak semakin indah. Ia memiliki aula yang luasnya sekitar 300-400 meter persegi dan panjang hingga 500 meter. Di dalamnya terdapat stalaktit dan stalakmit yang berkilau layaknya kristal. Bahkan, lantainya pun ikut berkilau.

Di antaranya pemandangan yang menarik perhatian adalah stalagmit yang menyerupai ibu sedang menggendong anaknya.

Jika dilihat dari sisi lain, stalagmit yang menyerupai patung Bunda Maria itu tampak seperti menengadahkan tangan, berdoa.

Kami juga menemukan ornamen berbentuk seperti pelaminan pengantin yang dibentuk melalui proses puluhan bahkan ratusan tahun. Ratusan stalaktit dan stalakmit dengan berbagai bentuk terhampar indah di seluruh area goa.

Kami juga terperangah menyaksikan aliran kalsit dari plafon gua hingga lantai. Kami menamakannya air terjun beku.

Aliran-aliran kalsit yang membeku itu seperti lekukan gelombang air yang mengikuti permukaan tebing. Putih serupa salju.

Gua Kalibbong Alloa - photo: Bary Kusama
Gua Kalibbong Alloa – photo: Bary Kusama

Ornamen-ornamen itu bila disoroti lampu akan tampak berkilau seperti kristal yang putih. Pada ujung-ujung stalagmit masih menetes air dan membentuk ornamen lain dari dasar lantai gua.

Proses inilah yang disebut sebagai karstifikasi. Air hujan yang merembes melalui punggung-punggung karst membuka celah atau retakan dan menyimpannya dalam bebatuan.

Perjalanan membentuk ornamen gua itu melalui proses kimia dari unsur air (H2O), udara (O2), dan karbon (CO2) yang larut bersama kalsit (CaCO3). Pada dasarnya, proses itu sama dengan pembentukan karang di bawah laut.

Dan, goa ini memiliki mata air yang jernih, berwarna kebiruan. Dalam keyakinan tempatan, air yang mengalir dalam goa ini berkhasiat membuat awet muda. Air ini tidak pernah surut meskipun musim kemarau panjang.

Nah, tertarik menengok isi perut bumi Pangkep? Datang dan masuklah ke Goa Kallibong Aloa. Berlapis ketakjuban menanti Anda.

Destinasi Terkait