Cacing Laut

Cacing laut merupakan hidangan lezat yang mengandung banyak nutrisi untuk tubuh. Bahkan, sebagian orang meyakini bahwa
menyantap cacing laut bisa meningkatkan keperkasaan dan kejantanan pria.

Biasanya, masyarakat Raja Ampat menyajikan dengan cara digoreng, dibumbui balado atau dijadikan sate. Jenis cacing laut yang banyak dikonsumsi adalah insonem.

Bentuknya mirip cacing tanah, tapi berukuran lebih panjang, rata-rata mencapai 30 cm. Teksturnya kenyal dan sedikit ulet, seperti daging gurita.

ULAT SAGU

Nama latinnya rhynchophorus ferruginenus atau lebih dikenal sebagai ulat sagu. Ulat ini adalah larva dari kumbang merah kelapa yang hidup di batang sagu yang telah diambil sagunya.

Membusuknya batang pohon akan mendatangkan kawanan kumbang untuk bertelur.

Setelah dibersihkan, ulat sagu langsung bisa dimakan mentah atau digoreng agar bagian luarnya renyah tetapi tak sampai pecah agar cairan di dalamnya utuh.

Ulat sagu yang sudah digoreng bisa juga dibumbui kunyit, kemiri, bawang merah, bawang putih.

BUAH GAYANG

Selain sagu, buah gayang juga menjadi sumber makan pokok. Cara memasaknya pun sudah mulai bervariasi. Ada langsung direbus selama tujuh jam, dan air rebusannya diganti dua jam sekali. Setelah empuk, air rebusan ditiriskan.

Kulit buah ganyang kemudian dikupas dengan pisau bambu lantas direbus kembali dengan santan dan gula merah-putih agar sempurna rasa manisnya. Atau bisa juga disantap dengan buah kelapa yang sudah diparut. Umumnya masyarakat Raja Ampat membuat aneka kue basah dan kering dari umbi-umbian tersebut.

Ada yang dikolak, dipanggang, dan bahkan ada juga yang dibikin tepung.

SINOLE KELAPA

Makanan tradisional ini berbahan dasar sagu mentah yang dikeringkan dan disangrai bersama parutan kelapa hingga keduanya tecampur dengan sempurna dan matang.

Saat akan dimakan, sagu yang disangrai ini disiram dengan air kelapa untuk menambah sedikit rasa manis. Sinole kelapa merupakan makanan khas suku Biak Bateu.

PARAPAN

Makanan ini mengandalkan bara batu yang ter lebih dahulu dibakar dengan “katu” sebagai alat pembakar bahan makanannya.

Saat batu sudah keluar bara merahnya, maka makanan mentah itu dicampurkan ke bara batu dan didiamkan hingga matang.

Bahan makanan yang biasa digunakan antara lain daging, umbi-umbian, ikan, kerang, udang, dan sebagainya. Makanan ini khas pulau Waigeo sebelah timur.

KAMAMOR

Makanan berbahan dasar sagu ini dimasak dengan cara direbus dengan campuran hasil tangkapan laut seperti bia atau kerang.

PAPEDA

Papeda merupakan makanan olahan dari sagu yang menjadi hidangan sehari-hari di daerah pedesaan Papua. Makanan bergizi dan sehat ini dapat disantap dalam keadaan panas maupun dingin, seperti ongol-ongol.

Tak perlu khawatir dengan nilai gizi papeda. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat yang mengonsumsi papeda secara lengkap dengan lauk pauknya, tak pernah menghadapi masalah kekurangan zat gizi.

PINANG

Menginang merupakan tradisi kehidupan sosial yang merakyat. Tumbuh dan lestari di acara-acara adat dan menjadi konsumsi harian di semua kelas sosial. Sampai saat ini, makan pinang seakan tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Papua, terutama penduduk daerah pesisir.

Dalam menginang, ada dua bahan yang tak terpisahkan, yaitu sirih dan kapur. Ketiga bahan ini merupakan satu kesatuan. Ibarat bumbu masakan, bahan mesti tercampur merata.

Mengunyah pinang di Raja Ampat Papua Barat biasa disebut sebagai kakes.