VENU, PULAU KAMPUNG PENYU

VENU, PULAU KAMPUNG PENYU Ang Michael Sidharta @mikesidharta ant_tiflen
  • Bagikan

Word: Ayu Arman

Dari Karawawi, speed kami menuju Pulau Venu. Pulau kampung penyu. Demikian masyarakat setempat menyebut pulau ini. Jarak dari Karawawi ke Venu ditempuh waktu kurang lebih satu jam.

Kami berlayar melewati banyak pulau berhutan tak berpenghuni, yang memiliki pantai berpasir indah. Salah satunya Pulau Venu.

Ang Michael Sidharta @mikesidharta
ant_tiflen
Ang Michael Sidharta @mikesidharta ant_tiflen

Venu adalah pulau terluar bagian selatan dari Kaimana yang tak berpenghuni. Saat speed kami menepi di pantai berpasir putih, kami sungguh terpesona oleh keteduhan air lautnya yang sangat bening seperti kaca, bergradasi hijau tosca mengitari pulau yang seolah mengambang di atas hamparan biru laut.

Ratusan burung pemangsa ikan bermain-main di tepi pantai membuat pemandangan pantai ini semakin indah. Ketika memasuki pulau ini, kami pun mendengar aneka suara burung tak henti bersahutan di antara celah-celah pepohonan yang menjulang tinggi.

Pulau ini memiliki luas daratan sekitar 16,7 hektar dengan keliling tidak lebih dari 3 km ini mulanya merupakan pulau yang terbelah yang kemudian tertutup kembali air asin sehingga terdapat danau air asin di dalamnya dengan kedalaman mencapai 1,5 meter yang diselimuti hutan raya.

Ang Michael Sidharta @mikesidharta
ant_tiflen
Ang Michael Sidharta @mikesidharta ant_tiflen

Ada banyak sudut yang menarik yang bisa dieksplorasi di Venu ini. Selain hamparan pasir putih yang mengitari pulau dengan air laut yang jernih dan bergradasi hijau tosca, pulau ini menjadi tempat istirahat ratusan kelelawar, elang, dan aneka burung lainnya.

Namun, pulau kecil ini lebih terkenal sebagai rumah bagi penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea) untuk makan dan bertelur.

Hampir setiap hari penyu dalam jumlah banyak naik ke Pulau Venu untuk bertelur malam hari. Setelah bertelur, penyu kembali ke laut lepas, meninggalkan telur-telurnya di pantai.

Jika telur aman dari pemangsa, dalam 60 hari telur-telur itu menetas dan mereka menuju laut lepas dan suatu saat mereka bakal kembali ke Pulau Venu yang merupakan kampung halamannya.

Musim bertelur penyu tertinggi di Pulau Venu terjadi pada September. Sayang, hari itu kami tidak menjumpai mereka. Kami hanya melihat jejak-jejak timbunan pasir yang merupakan bekas tempat mereka bertelur. Kami juga melihat kelelawar dan sarang burung elang.

Selain penyu, elang, dan kelelawar, pulau kecil juga menjadi tempat berbagai hewan endemik penting lainnya untuk hidup, seperti teripang, bia garu (kima), kerang kepala kambing, keong lambis-lambis, dan nautilus. Oleh karena itu, pulau ini ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa dan juga kawasan konservasi perairan Buruway. Maka dari itu, jika Anda melintasi perairan Buruway, jangan lewatkan berkunjung ke pulau satu ini.

Pulau kecil yang sepi dan tak berpenghuni ini sering menjadi tempat istirahat para nelayan. Sebelum melaut jauh, mereka biasanya singgah dahulu. Atau sebaliknya, mereka datang sekadar istirahat, menunggu pagi, atau menanti ombak kembali tenang, lalu melanjutkan perjalanan.

Ang Michael Sidharta @mikesidharta
ant_tiflen
Ang Michael Sidharta @mikesidharta ant_tiflen

Juga sering menjadi tujuan wisatawan yang ingin menikmati kesunyian di tengah kepungan air raya. Menyepi di sebuah pulau tak berpenghuni memang bisa menjadi terapi untuk menghilangkan kejenuhan.

Berjalan-jalan mengelilingi pulau tanpa alas kaki juga menjadi aktivitas yang menyenangkan untuk dilakukan. Anda dapat melintas di antara pepohonan yang berdiri tegak untuk mencari di mana spot untuk menikmati saat terang tanah datang dari ufuk timur dan menanti saat matahari akan terbenam.

Pemandangan sunset di sini sungguh sangat indah. Anda akan dibuat terdiam dan tertunduk fenomena keindahan senja Kaimana dari pulau ini. Ketika di malam hari, mata dimanjakan cakrawala yang gemerlap dengan gugusan bintang.Di Venu, awal dan akhir hari itu menjadi waktu-waktu yang menakjubkan.

Pesona pantai dengan hamparan pasir putih dan air biru muda yang jernih Venu ini juga bisa menjernihkan pikiran Anda kembali. Pulau ini menyimpan keindahan bawah laut dengan ragam jenis ikan dan terumbu karang puspawarna yang tumbuh sehat. Sehingga, Anda bisa berenang dan menyelam dan memancing di sekitar pulau ini.

Nah, bila Anda ingin memiliki pengalaman berkemah di bibir pantai dengan ditemani debur ombak di pulau tak berpenghuni, Venu bisa menjadi pilihan pakansi Anda. Di sini, Anda seperti menikmati pulau pribadi dengan mencecap aroma laut dan bermain sepuasnya sejak matahari terbit hingga terbenam tanpa terganggu lalu-lalang manusia.

Konsekuensinya, Anda bersiap tinggal di tempat tanpa fasilitas dan kenyamanan yang biasa didapatkan di pulau-pulau berpenghuni. Oleh karena itu, Anda diharuskan membawa tenda, sleeping bag, senter, peralatan menginap outdoor lainnya, serta bekal makanan secukupnya.

Berpakansi ke pulau tak berpenghuni, Anda harus bersahabat dengan alam. Di sini, pelajaran bertahan hidup yang dahulu Anda pelajari di kepanduan atau pramuka bisa dipraktikkan. Tetapi yang pasti, mendirikan tenda, membuat api unggun, lalu memasak makan malam berupa ikan bakar yang Anda pancing sendiri menjadi kepuasan tak tergantikan.

Ang Michael Sidharta @mikesidharta
ant_tiflen
Ang Michael Sidharta @mikesidharta ant_tiflen

Ingat, Anda harus turut menjaga kelestarian pulau ini. Meski Pulau Venu ditetapkan menjadi kawasan suaka margasatwa dan konservasi, laju kerusakan terus terjadi di pulau ini. Abrasi terlihat nyata dengan menyisakan pohon-pohon kasuari (Casuarina equisetifolia) yang tumbang sepanjang pantai.

Bahaya kenaikan permukaan air laut juga menjadi ancaman nyata pada pulau yang titik tingginya hanya mencapai 5 meter dari permukaan air laut. Pulau Venu mengalami ancaman kenaikan air laut setinggi 1,76 cm per tahun dan berpotensi hilang pada 2304. Pasti akan lebih cepat lagi jika gelombang ekstrem dan kerusakan ekosistem terus berjalan tanpa ada upaya pelestarian alam.

Terumbu karang, lamun, mangrove, dan pohon-pohon pantai di sini sebenarnya telah membentuk keseimbangan ekosistem untuk dapat meredam abrasi.

Namun, jika kerusakan akibat faktor alam tidak dapat dicegah, kita masih bisa mencegah dari sisi manusianya dengan keterlibatan wisatawan dan masyarakat sekitar pulau untuk turut menjaga pulau ini. Kita sudah sepatutnya berterima kasih dengan cara melestarikan sumber daya alam dan keindahan pulau ini sehingga ke depannya apa yang dihasilkan dari pulau kecil ini dapat dinikmati bukan untuk sekarang saja, melainkan mereka yang berada di masa depan.***